Wednesday, July 28, 2010
Aku dirogol orang asli
Pada suatu pagi telefon di bilikku berbunyi, dengan malas kupaksakan diri mengangkatnya. Ternyata telefon itu dari Pak Alang, tukang kebun dan penjaga Rumah Rehat kami. Mengantukku hilang begitu dia menyuruhku supaya segera datang ke Rumah Rehat, katanya ada masalah yang harus dibincang di sana. Sebelum kutanya lebih lanjut hubungan telefon terputus. Hatiku mulai tidak tenang saat itu, apakah masalahnya, apakah kecurian, kebakaran atau apa. Aku juga tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi waktu itu kerana saat itu kedua orangtuaku berada di luar negara.
Segera setelah siap aku memandu keretaku menuju ke Rumah Rehatku di Camerron Highlands. Tidak lupa kuajak sama Rina, sahabatku yang sering pergi bersamaku. Sesampainya di sana, kami disambut oleh Pak Alang, seorang lelaki setengah baya berumur 60-an, rambutnya sudah memutih, namun perawakannya masih sehat dan gagah. Dia adalah penduduk orang asli yang tinggal dekat Rumah Rehat ini. Sudah 4 tahun sejak ayahku membeli Rumah Rehat ini Pak Alang diupah untuk menjaganya. Kami sekeluarga percaya padanya kerana selama ini belum pernah Rumah Rehatku ada masalah sampai suatu saat akhirnya aku menyesal ayahku mempekerjakannya.
Pak Alang mengajak kami masuk ke dalam dulu. Di ruang tamu sudah menunggu seorang lelaki lain. Pak Alang memperkenalkannya pada kami. Orang ini bernama Pak Abu, berusia 50-an, tubuhnya agak gemuk pendek, dia adalah teman Pak Alang yang bekerja sebagai juru foto sambilan di kampungnya. Tanpa membuang waktu lagi aku langsung ke tajuk utama menanyakan ada masalah apa sebenarnya aku disuruh datang.
Pak Alang mengeluarkan sebuah bungkusan yang dalamnya berisi setumpuk foto, dia mengatakan bahwa masalah inilah yang hendak dibincangkan denganku. Aku dan Rina lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya. Betapa terkejutnya kami bak disambar petir di siang hari, bagaimana tidak, ternyata foto-foto itu adalah foto-foto erotis kami yang diabadikan ketika cuti tahun lalu, ada foto bogelku, foto bogel Rina, dan juga foto adegan persetubuhan kami dengan boy friend masing-masing.
"Pak Alang, darimana barang ini..?" tanyaku dengan tegang. "Hhmm.. begini Cik Ana, waktu itu saya sedang membersih bilik, saya jumpa filem negatif Cik Ana bersama Cik Rina sedang berasmara, lalu saya bawa ke Pak Abu ini untuk dicuci." jawabnya sambil sedikit tertawa.
"Pak Alang sangat kurang ajar, Pak Alang digaji untuk menjaga tempat ini, bukannya mengusik barang saya..!" kataku dengan marah dan menudingnya. Aku sangat menyesal kenapa lalai membiarkan negatif itu tertinggal di Rumah Rehat, bahkan aku mengira barang itu sudah dibawa oleh boy friendku atau boy friend Rina. Wajah Rina juga ketika itu juga nampak tegang dan marah.
"Wah.. wah.. jangan marah Cik, saya tidak sengaja, justru Cik sendiri yang lalai kan?" mereka berdua tertawa-tawa memandangi kami.
"Baik, kalau begitu serahkan negatifnya, dan kalian boleh pergi dari sini." kataku dengan dongkol.
"Oklah Pak Alang, kami bayar berapapun asal kalian kembalikan negatifnya." tambah Rina memohon.
"Oo.. tidak, tidak, kita ini bukan pemeras ugut, kita cuma minta.." Pak Abu tidak meneruskan perkataannya.
"Sudahlah Pak Alang, cepat katakan saja apa mau kalian..!" kata Rina dengan dongkol.
Perasan aneh mulai menjalari tubuhku disertai keringat dingin yang membasahi dahiku kerana mereka mengamati tubuh kami dengan tatapan liar. Kemudian Pak Alang maju mendekatiku membuat degup jantungku makin kencang. Beberapa inci di depanku tangannya bergerak mengelus tetekku.
"Hei.. kurang ajar, jangan keterlaluan ya..!" bentakku sambil menepis tangannya dan menolaknya. "Bangsat.. berani sekali kamu, tak sedar diri hah..? Dasar orang kampung..!" Rina mengherdik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajah Pak Alang.
"Hehehe.. cuba Cik berdua bayangkan, bagaimana kalau foto-foto itu diterima orangtua, boy friend, atau teman-teman di kampus Cik? Wah silap-silap Cik berdua ini boleh jadi terkenal.!" kata Pak Abu dan disusul gelak tawa keduanya.
Aku tertegun, fikiranku kalut, kurasa Rina pun merasakan hal yang sama denganku. Nampaknya tiada pilihan lain bagi kami selain mengikuti kemauan mereka. Kalau foto-foto itu tersebar bagaimana reputasiku, keluargaku, dan reaksi boy friendku, apalagi Rina yang bekerja sebagai model sambilan, kariernya boleh hangus gara-gara masalah ini.
Pak Alang kembali mendekatiku dan meraba bahuku, sementara itu Pak Abu mendekati Rina lalu mengelilinginya mengamati tubuh Rina. "Bagaimana Cik, apa sudah berubah fikiran..?" tanyanya sambil membelai rambutku yang separas bahu.
Kufikir-fikir untuk apa lagi jual mahal, kami pun sudah bukan perawan lagi, hanya saja kami belum pernah bermain dengan orang-orang bertampang kasar seperti mereka.
Akhirnya dengan berat hati aku hanya dapat menganggukkan kepala saja.
"Ha.. ha.. ha.. akhirnya boleh juga orang kampung seperti kita merasakan gadis kampus, ada foto modelnya lagi..!" mereka tertawa penuh kemenangan. Aku hanya dapat mengumpat dalam hati, "Bangsat kalian, dasar tua-tua keladi..!" Pak Alang memelukku dan tangannya meremas-remas tetekku dari luar, lidahnya bermain dengan liar di dalam mulutku. Bibirnya yang hitam lebam menggigit-gigit bibir tipisku yang lembut. Perasaan geli, jijik dan nikmat bercampur aduk dengan gejolak birahiku yang mulai naik.
Tangannya kini makin berani menyusup ke bawah baju ketat lengan panjang yang kupakai, terus bergerak menyusup ke balik coliku. Degup jantungku bertambah kencang dan nafasku makin memburu ketika kurasakan tangan kasarnya mulai menggerayangi dadaku, apalagi jari-jarinya turut mempermainkan putingku. Tanpa terasa pula lidahku mulai aktif membalas permainan lidahnya, liur kami menetes-netes di pinggir mulut.
Nasib Rina tidak beza jauh denganku, Pak Abu mendakapnya dari belakang lalu tangannya mulai meramas tetek Rina dan tangan satunya lagi menaikkan skirt paras lututnya sambil meraba-raba paha Rina yang jenjang dan mulus. Satu-persatu kancing baju Rina dilucut sehingga nampaklah colinya yang berwarna merah muda, belahan dadanya, dan perutnya yang rata. Melihat tetek 36B Rina yang menggemaskan itu Pak Abu makin bernafsu, dengan kasar coli itu ditariknya turun dan menyembullah tetek
Rina yang montok dengan puting merah tua.
"Whuua.. ternyata lebih indah dari yang di foto, mimpi apa saya boleh merasakan foto model seperti Cik Rina," katanya.
Pak Abu menghempaskan diri ke sofa, dibentangkannya lebar-lebar kedua belah kaki Rina yang berada di pangkuannya. Tangannya yang semula mengelus-elus pahanya mulai bergerak ke kelangkangnya, jari-jari besarnya menyelinap ke pinggir celana dalam Rina. Ekspresi wajah Rina menunjukkan rasa pasrah tidak berdaya menerima perlakuan seperti itu, matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. "Eeemhh.. uuhh.. jangan Pak Abu, tolong hentikan.. eemhh..!"
Kemudian Pak Abu mencempung tubuh Rina, mereka menghilang di balik kamar meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Setelah menaikkan baju dan coliku, kini tangan Pak Alang membuka zip celana panjangku. Dia merapatkan tubuhku pada tembok. Aku memejamkan mata berusaha menikmati perasaan itu, kubayangkan yang sedang menggerayangi tubuhku ini adalah boy friendku, Farid. Tua bangka ini ternyata pintar membangkitkan nafsuku. Sapuan-sapuan lidahnya pada putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja.
Sekarang kurasakan tangannya sudah mulai menyelinap ke balik celana dalamku, diusap-usapnya permukaan kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu halus lebat itu.
"Sshh.. eemhh..!" aku mulai meracau tidak keruan saat jari-jarinya memasuki vaginaku dan memainkan klitorisnya, sementara itu mulutnya tidak henti-hentinya mencumbu tetekku, sadar atau tidak aku mulai terbawa nikmat oleh permainannya.
"Hehehe.. Cik mulai terangsang ya?" ejeknya dekat telingaku.
Tiba-tiba dia menghentikan aktivitinya dan dengan kasar didorongnya tubuhku hingga terjatuh di sofa. Sambil berjalan mendekat dia melepas pakaiannya satu persatu. Setelah dia membuka celana dalamnya tampak olehku kemaluannya yang sudah menegang dari tadi. Gila, ternyata penisnya besar juga, sedikit lebih besar dari boy friendku dan dihiasi bulu-bulu yang sudah beruban. Kemudian dia menarik lepas celanaku beserta celana dalamnya sehingga yang tersisa di tubuhku kini hanya baju lengan panjang dan coliku yang sudah terangkat.
Dibentangkannya kedua belah pahaku di depan wajahnya. Tatapan matanya sangat mengerikan saat memandangi daerah selangkanganku, seolah-olah seperti monster lapar yang siap memangsaku. Pak Alang membenamkan wajahnya pada kelangkangku, dengan penuh nafsu dia melahap dan menyedut-nyedut vaginaku yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan klitorisku. Sesekali dia mengorek-ngorek lubang kemaluan dan anusku. Perlakuannya sungguh membuat diriku serasa terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang diiringi erangan nikmat.
Tidak lama kemudian akhirnya kurasakan tubuhku mengejang, aku mencapai orgasme pertamaku. Cairan cintaku membasahi mulut dan jari-jari Pak Alang.
"Sluurrpp... sluurpp.. sshhrrpp.." demikian bunyinya ketika dia menghisap sisa-sisa cairan cintaku. Disuruhnya aku membersihkan jari-jarinya yang berlumuran cairan cinta itu dengan mengulumnya, maka dengan terpaksa kubersihkan jari-jari kasar itu dengan mulutku.
"Cipap Cik Ana enak sekali,” puji Pak Alang sambil menyeringai. "Nah, sekarang giliran Cik Ana merasakan konek saya pula..!" katanya sambil melepas baju dan coliku yang masih melekat. Sekarang sudah tidak ada apapun yang tersisa di tubuhku selain kalung dan cincin yang kukenakan.
Dia naik ke wajahku dan menyodorkan penisnya padaku. Ketika baru mau mulai, tiba-tiba telefon di dinding berbunyi memecah suasana. "Angkat telefonnya Cik, ingat saya tahu rahsia Cik, jadi jangan bercakap macam-macam," ancamnya.
Telefon itu ternyata dari Farid, boy friendku yang mengetahui aku sedang di Rumah Rehat dari pembantu di rumahku. Dengan alasan yang dibuat-buat aku menjawab pertanyaannya dan mengatakan aku di sini baik-baik saja.
Ketika aku sedang bercakap mendadak kurasakan sepasang tangan mendekapku dari belakang dan dekat telingaku kurasakan dengus nafasnya. Tangan itu mulai nakal meraba tetekku dan tangan satunya lagi pelan-pelan menjalar turun menuju kemaluanku, sementara pada leherku terasa ada benda hangat dan basah, ternyata Pak Alang sedang menjilat leherku. Penisnya yang tegang saling berhimpit dengan pantatku. Aku sebenarnya mau berontak namun aku harus bersikap normal melayani celoteh boy friendku agar tidak timbul kecurigaan.
Aku hanya dapat menggigit bibir dan memejamkan mata, berusaha keras agar tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Malang bagiku, si Farid mengajakku berbual panjang lebar sehingga membuatku makin menderita dengan siksaan ini. Sekarang Pak Alang menyusu dariku, tidak henti-hentinya dia mengulum, menggigit dan menghisap putingku sampai memerah.
Akhirnya setelah 15 menit Farid menutup bualan, saat itu Pak Alang tengah menyusu sambil mengorek-ngorek kemaluanku, aku pun akhirnya dengan lega mengeluarkan erangan yang dari tadi tertahan. "Heh, sopanlah sikit..! Bukankah tadi saya sedang berbual ditelefon...!" marahku sambil melepas pelukkannya.
"Hohoho.. maaf Cik, saya kan orang kampung jadi kurang tau sopan santun, eh.. itu tadi boy friend Cik ya? Tenang saja, lepas merasakan konek saya pasti Cik lupa sama boy friend itu..!" ejeknya dan dia kembali memeluk tubuhku.
Disuruhnya aku duduk di sofa dan dia berdiri di hadapanku, penisnya diarahkan ke mulutku. Pertama kali dalam hidupku aku terpaksa melayan penis orang asli. Penis coklat kehitaman penuh urat yang masih berkulup itu bentuknya aneh. Berbeza dengan kepunyaan Farid dimana kepala penisnya tidak ditutupi apa-apa. Kawan-kawanku mengatakan ada sesuatu di bawah kulit kulup. Atas perintahnya kukocok dan kulurut penis itu, pada awalnya aku hampir muntah mencium penisnya yang agak berbau itu, namun dia menahan kepalaku hingga aku tidak dapat melepaskannya.
"Hisap, hisap yang kuat Cik, jangan cuma dimasukkan saja ke mulut..!" suruhnya sambil terus memaju-mundurkan penisnya di mulutku. Sayup-sayup aku dapat mendengar erangan Rina dari dalam kamar yang pintunya sedikit terbuka itu.
Lama kelamaan aku sudah dapat menikmatinya, tangannya yang bergerak lincah mempermainkan tetekku dan memutar-mutar putingnya membuatku semakin bersemangat mengulum dan menjilati kepala penis berkulupnya.
"Ya.. begitulah Cik, ayuh.. terus.. Cik jilat hujungnya, eeh.. bagus..!" desahnya sambil menarik rambutku. Selama 15 minit aku mengkaraokenya dan dia mengakhirinya dengan menarik kepalaku.
Setelah itu dibaringkannya tubuhku di sofa, dia lalu membuka lebar-lebar kedua pahaku dan berlutut di antaranya. Aku memejamkan mata menikmati detik-detik ketika penisnya menerobos vaginaku.
Rupanya orang asli ini masih sabar. Dibelainya vaginaku dengan tangan kasarnya, klitorisku dipicit-picit, bibir vaginaku yang telah basah diusap-usap. Aku geli bercampur nikmat. Tidak habis disitu, lidahnya kemudian menjilat klitoris dan bibir vaginaku dengan rakus. Lidah kasar orang asli itu membuat aku terbuai kelazatan. Dalam hati aku terfikir, apakah Pak Alang melakukan hal yang sama kepada isterinya.
Akhirnya Pak Alang tak tahan lagi menahan nafsunya. Diacunya kepala penisnya ke muara vaginaku. Ditekan perlahan dan kepala penisnya meluncur mulus sampai menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati perkosaan ini, aku tidak perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah pembantuku yang menjaga Rumah Rehatku.
Sambil menyetubuhiku bibirnya tidak henti-hentinya melumat bibir dan tetekku, tangannya pun selalu meramas tetek dan pantatku. Erangan panjang keluar dari mulutku ketika mencapai klimaks, sekujur tubuhku mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi tubuhku sehingga kelihatan mengkilat. Tanpa memberiku kesempatan berehat dia menaikkan tubuhku ke pangkuannya. Aku hanya pasrah saja menerima perlakuannya.
Setelah penisnya memasuki vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Pak Alang menikmati goyanganku sambil 'menyusu' tetekku yang tepat di depan wajahnya, tetekku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Aku terus mempercepat goyanganku kerana merasa sudah mahu keluar, makin lama gerakanku makin liar dan eranganku pun makin tidak keruan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai aku menjerit histeria sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat yang kuperoleh walaupun bukan dengan lelaki muda dan tampan.
Kali ini dia membalikkan badanku hingga menungging. Disetubuhinya aku dari belakang, tangannya bergerak bebas meraba lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat lelaki seumur dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, atau mungkin sebelumnya dia sudah minum obat kuat, tongkat ali atau sejenisnya, ah.. aku tidak perduli hal itu, yang penting dia telah memberiku kenikmatan luar biasa.
Sudah lebih dari setengah jam dia menggarapku. Tidak lama setelah aku mencapai klimaks berikutnya, dia mulai mengeluh panjang, sodokanya makin kencang dan kedua tetekku diramasnya dengan ganas sehingga aku berteriak merasakan sakit bercampur nikmat. Setelah itu dia menarik keluar penisnya dan naik ke dadaku. Di sana dia menjepitkan penisnya yang sudah licin mengkilat itu di antara kedua tetekku, lalu dikocoknya sampai maninya memancut dengan deras membasahi wajah dan dadaku.
Aku sudah kehabisan tenaga, kubiarkan saja maninya berlumuran di tubuhku, bahkan yang mengalir masuk ke mulut pun kutelan sekali. Sebagai 'hidangan penutup', Pak Alang menempelkan penisnya pada bibirku dan menyuruhku membersihkannya. Kujilati penis itu sampai bersih dan kutelan sisa-sisa maninya. Penis yang mengeras mula mengecut dan memendek. Kepala penis yang terbuka pelan-pelan bergerak ke belakang kembali ke sarungnya dan menghilang ke dalam kulit kulup. Selepas itu dia meninggalkanku terbaring di sofa, selanjutnya aku tidak tahu apa-apa lagi kerana sudah tidak sadarkan diri. Aku terlena puas di sofa
Labels:
pemerkosaan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Free Porn
ReplyDeletehttp://www.jawko.com/
http://cerita.malay3gp.com/
burit cerita seks dirogol pancut
ReplyDeletecerita lucah
ReplyDeletewww.melayuceritalucah.com
Knp ckit sgt criter
ReplyDeleteK
ReplyDelete